Ketahui Asal-usul Kota Tangerang Lewat Buku Tangerang Tempo Doeloe
TANGERANG [ProBENTENG] – Melalui sinergitas yang baik antara pegawai negeri sipil, wartawan, budayawan, serta seniman, akhirnya mampu menelurkan buku berjudul Tangerang Tempo Doeloe sebagai salah satu kado HUT ke-25 Kota Tangerang.
Peluncuran buku ini dilaksanakan dalam kegiatan Coffee Morning yang digelar di Hotel Novotel, Tangerang, Kamis (15/2/2018).
Felix Mulyawan, Kabag Humas dan Protokol Pemkot Tangerang sebagai inisiator penyusun Tangerang Tempo Doeloe menjelaskan ini merupakan moment spesial bagi kota berjuluk Akhlakul Karimah tersebut. Adanya karya ini, publik dapat melihat Kota Tangerang pada masa lampau.
“Melalui buku ini, kita dapat memahami asal-usul Kota Tangerang ini dan tidak melupakan apa yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya.
Dalam penyusunan buku Tangerang Tempo Doeloe turut dilibatkan para anak muda lainnya. Seperti Hasan Kurniawan wartawan Sindo, Andika Panduwinata jurnalis Warta Kota dan Mukhafi Solihin yang merupakan seniman dari Kota Tangerang. Terlebih Haris Yasin sebagai budayawan setempat pun memberikan sumbangsihnya untuk penulisan buku tersebut.
“Di zaman digital ini, kita bisa melihat Tangerang di masa lalu melalui buku. Apa saja cerita-cerita pada zaman dulu bisa diketahui dan juga memberikan edukasi,” ucap Felix.
Felix menerangkan situasi Tangerang di masa silam, masyarakat sangat menjaga kerukunan. Mereka saat itu begitu kental menyingkapi keberagaman.
“Di sini banyak suku, ras, dan golongan. Apalagi etnis Tionghoa, sudah lama ada di Tangerang. Orang asli Tangerang itu, pasti ada asal usulnya dari turunan China,” kata Felix.
Sikap tenggang rasa lebih dijunjungkan. Masyarakat hidup dengan damai dan tentram.
“Tapi puncak kerusuhannya terjadi pada tahun 1998. Di mana etnis – etnis Tionghoa banyak yang menjadi korban. Penjarahan terjadi di mana – mana. Mulai dari pembakaran di Lippo dan toko – toko milik etnis China. Ada satu sejarah yang tidak bisa dilupakan, hanya satu mal saja di Tangerang yang tidak dijarah. Ada di Robinson karena di situ menjadi markas Kodim pada masa itu,” paparnya. [imron]