
Astuti memegang foto Surnah, remaja putrinya yang meninggal dalam musibah meledaknya pabrik mercon. [irfan]
Namun duka yang mendalam masih dialami sang bunda Surnah bernama Astuti, ibu paruh baya. Dia saat ditemui di rumahnya, Jumat (3/11/2017), masih terlihat berduka.
Astuti hanya bisa pasrah meratapi kepergian anaknya yang pediam. Bagaimana tidak? Surnah meninggal dengan cara yang menyedihkan, dia terbakar hidup-hidup bersama dengan korban tewas lainnya, yang mengakibatkan tubuhnya sudah tidak dapat dikenali lagi.
Beruntung Tim DVI (Disaster Victim Identification) Polda Metro Jaya berhasil mengidentifikasinya sehari setelah tragedi berlangsung, sehingga jasad Surnah bisa langsung dikebumikan di TPU Desa Belimbing.
“Dia baru satu bulan kerja di sana, diajak sama temannya…” ujar Astuti dengan suara tersedu mengenang kepergiaan anak tunggalnya itu.
Memang menyedihkan nasib yang dialami Surnah. Di usianya yang masih belia, dia sudah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa dengan cara yang tragis. Astuti mengaku kini setelah dirinya ditinggal pergi anaknya, tiada lagi yang bisa diperbuatnya, selain terus-menerus memanjatkan doa untuk anaknya.
Sementara kakek Surnah yang mendampingi wawancara ProBENTENG dengan Astuti, menyatakan, “dari kecil sampai besar memang ibunya yang merawat Surnah, bapaknya gak tau kemana. Dia udah ninggalin Surnah sejak waktu masih kecil…”
Diakui ada kabar pihaknya akan menerima uang kompensasi dari pemerintah atas meniggalnya Surnah, yang katanya akan segera turun. Uang santunan itu nantinya akan diurus kakak Astuti. “Tetapi kalo dari perusahaan saya gak tau, gak ada kabarnya,” ungkapnya.
Keterangan diperoleh pabrik mercon yang berada di pemukiman padat penduduk itu baru beroperasi 2 bulan. Menurut warga di Jl SMPN, berdekatan pabrik mercon yang terbakar, awalnya pabrik itu bukanlah pabrik mercon melainkan pabrik pengolahan biji plastik.
Warga tidak mengetahui kalau itu pabrik kembang api, sebab kegiatan di dalam pabrik tertutup.
Namun nasi sudah menjadi bubur, tragedi sudah terjadi, yang bisa dikenang adalah tragedi itu bisa menjadi bahan pelajaran untuk pemerintah agar lebih selektif dalam memberikan izin usaha agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali. [irfan]
0 Komentar
Anda bisa menjadi orang pertama yang memberikan komentar.