Probenteng.com

Media Online Tangerang dan Sekitarnya

Komnas PAI Gelar Seminar Parenting Era Digital di SMPN 22 Kota Tangerang

TANGERANG [ProBENTENG] – Mendidik anak pada era digital membutuhkan peran serta orangtua yang baik sehingga anak diharapkan tidak terlalu bergantung kepada gawai.

Untuk itu, Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (Komnas PAI) menggelar kegiatan parenting bertema “Pencegahan Tindak Kekerasan dan Menjaga Kesehatan Remaja yang berlangsung di SMP Negeri 22 Kota Tangerang di Jalan AMD, Kecamatan Neglasari, Sabtu (9/12/2023).

Hadir dalam kesempatan itu antara lain, Sekjen Komnas PAI Pusat yakni Pravistania Rhema Dhiara Putri, kepala sekolah, guru dan para orang tua atau wali murid SMP Negeri 22 Kota Tangerang. Kegiatan ini merupakan bentuk tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL) dari Airnav Indonesia.

Ketua Komnas Perlindungan Anak Indonesia Kota Tangerang Basuni menyampaikan, era digital membawa dua sisi yang berbeda satu sama lain, yakni sisi positif sekaligus sisi negatif.

Namun yang cukup disesali adalah adanya kecenderungan para orang tua membebaskan anak dalam menggunakan gawai. Padahal kondisi itu bisa jadi hal yang kurang sehat khususnya untuk tumbuh kembang anak.

Salah satunya adalah adanya bentuk kekerasan melalui media digital. Salah satunya seperti perundungan atau bullying. “Itu yang sebenarnya ingin kita hindari melalui kegiatan parenting ini,” ujarnya.

Karena itu, ia meminta agar para orang tua membatasi anak dalam bermain gawai. Termasuk penggunaan ponsel. “Anak di bawah 6 tahun itu sebenarnya tidak bisa bermain HP. Jadi tidak usah diberi,” imbuhnya.

Sementara, Sekjen Komnas PAI Pusat, Pravistania Rhema Dhiara Putri tak menyangkal saat ini tengah marak kekerasan, khususnya perundungan. “Jangan sampai juga anak-anak menormalisasi bahwa perilaku bullying sebagai bentuk bercandaan biasa, padahal itu adalah bentuk kekerasan,” katanya.

Sebab ujarnya dampak perundungan cukup berbahaya, seperti anak menjadi tidak percaya diri, cenderung menangis hingga tidak berani berteman dengan yang lain. “Hal ini yang kita concern kita untuk datang ke sekolahan, baik SD maupun SMP supaya perilaku bully itu tidak ternomalisasi seperti seolah hal biasa,” ucapnya. [ron]

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *