Keterangan diperoleh, Kurasaki diterapkan dengan para pelajar sekolah ini diwajibkan membawa tempat makanan dan tempat minuman, baik telah terisi makanan dan minuman dari rumah atau membelinya di kantin.
Sementara kantin sekolah pun diprogram tak menyediakan tempat makanan dan minuman, sehingga makanan dan minuman yang dijual ditempatkan di tempat makanan dan minuman yang dibawa pelajar dari rumah.
Setiap jam istirahat, para pelajar yang menyantap makanan dan minuman, tentu saja menyantapnya dari tempat makanan dan minuman yang bisa dibawanya dari rumah dan seusai makan dibawa kembali ke rumah.
Praktis, di sekolah tak ada lagi sampah bekas makanan atau minuman. Dampaknya, kini lingkungan sekolah bebas sampah.
Purwati, Wakil Kepala SMPN 2 Curug Bidang Kesiswaan, Kamis (19/10/2017), mengutarakan program ini untuk meningkatkan kebersihan lingkungan sekolah. Dia bersyukur para pelajar mau berdisiplin atas program ini, sehingga sanksi bagi pelajar yang melanggar nyaris tak pernah dilaksanakan. “Bila ada pelajar melanggar, kita akan panggil orangtuanya…”
Kini dengan program Kurasaki, tempat sampah sekolah hanya terisi sampah dedaunan dari pohon yang tumbuh di halaman sekolah. Petugas pengambil sampah bila sebelumnya seminggu dua kali mengangkut sampah, kini hanya sebulan sekali.
Bahkan sampah dedaunan pun kini sedang dilakukan sekolah untuk dijadikan pengomposan pupuk.
Sementara mengatasi masalah banjir di sekolah, kini ada 1.000 lebih siswa diwajibkan membuat minimal 1 lubang biopori. Dengan program ini sekolah telah memiliki minimal 1.000 lubang biopori. [wawan]
0 Komentar
Anda bisa menjadi orang pertama yang memberikan komentar.