
Rumah Emak Mone kini berada di belakang ruko dan tempat kendi air putih berdekatan bale-bale di bawah Pohon Ambon berada dekat tiang listrik. [wawan]
Cimone berdasar legenda berasal dari kalimat Cai yang disediakan Emak Mone, seorang pemilik rumah sekaligus pedagang nasi di tepian Jalan Merak-Panarukan, yang kini dikenal sebagai Jl Merdeka, yaitu di kawasan Pertigaan Jl Merdeka menuju Jl Proklamasi.
Emak Mone di setiap harinya menyediakan satu kendi besar berisi air putih yang diperuntukan bagi warga pejalan kaki atau warga berkendara atau warga berdelman di jalan utama dari Banten menuju Batavia atau sebaliknya, untuk sekadar minum penghilang haus dalam perjalanan.
Kendi besar itu ditaruh berdekatan dengan bale-bale di bawah Pohon Ambon yang tumbuh subur di tepian jalan. Warga pelintas jalan dalam kurun waktu 70-100 tahun lalu sudah hapal dengan keberadaan kendi yang tak pernah habis-habis airnya karena selalu diisi Emak Mone.
Sementara warga lainnya yang ingin makan nasi pun bisa menyantap diwarung nasi yang dimiliki Emak Mone.
Menurut cerita turun-temurun Emak Mone berkehidupan sederhana, namun peduli terhadap para pedagang, musafir dan para pengguna jalan yang melintas di depan rumah dan warung nasinya, sehingga dirinya sangat populer di kalangan masyarakat waktu itu.
Tempat ini akhirnya menjadi persinggahan warga, baik untuk sekadar minum air putih sambil istirahat sejenak di bale-bale bawah Pohon Ambon, atau ikut menyantap makanan di warung Emak Mone.
“Cai Emak Mone…” begitu kira-kira para pedagang dan musafir yang melintas ke wilayah itu menyebutkan lokasi kepedulian Emak Mone ini.
Setelah Emak Mone meninggal, persembahan kendi berisi air putih yang bisa didapat secara gratis itupun ikut hilang. Banyak pelintas, konon waktu itu, akhirnya sering menanyakan, “mana yeuh Cai Emak Mone”.
Lama-lama seiring perkembangan dialeg keseharian, sebutan Cai Emak Mone lambat-laun berubah menjadi kata Cimone, yang menunjuk lokasi penempatan kendi berisi air putih di dekat bale-bale di bawah Pohon Ambon.
Kini kawasan Cimone, tempat kendi diletakan telah berubah menjadi lokasi ramai dengan arus lalulintas dan deretan kios dan toko-toko. [wawan]
0 Komentar
Anda bisa menjadi orang pertama yang memberikan komentar.