Air PDAM TB “Mati-Hidup”, Walikota & DPRD Wajib Menyoalnya
TANGERANG [ProBENTENG] – Kecewa berat! Ini gambaran pas perasaan pelanggan Perumda (PDAM) Tirta Benteng Kota Tangerang atas layanan yang buruk kepada mereka. Air yang disalurkan kini seringkali “mati-hidup” di setiap harinya sehingga membuat susah keseharian aktifitas keluarga.
“Sepekan ini air mati-hidup gak karuan…” cetus Rizky, pelanggan Perumda TB di Kampung Sukamanah jengkel, kemarin. Kucuran air mati, mulai pukul 03.00 sampai tengah hari. Itu terus berulang di setiap harinya. “Gak profesional bener kan.”
Hal senada dikeluhkan pelanggan lainnya di WA Grup Warga Kampung Sukamanah, Bahtiar. “Waduh… PDAM… air mati lg mati lg mati melulu aja, bgn ni PDAM?”
Celetukan jengkel pelanggan ini dijawab pelanggan-pelanggan lainnya dengan emoji yang nadanya mendukung kekecewaan pelanggan. Semisal, Darmaji, satu warga lainnya dengan kesal tercetus ajakan untuk “demo”
Yang pasti, “buruknya layanan Perumda TB membuat slogan “Kota Tangerang Layak Huni” menjadi “Jauh Panggang Dari Api.” Lha, mau mandi enggak bisa, ambil air wudhu pun susah, termasuk membuang BAB yang repot jadinya. Bagaimana bisa hidup di Kota Tangerang disebut Layak Huni.
Pelanggan mendesak Walikota Tangerang harus ambil peran aktif mempersoalkan layanan buruk ini. Begitupun jajaran DPRD Kota Tangerang jangan membiarkan kekcewaan berat masyarakat Kota Tangerang yang memepercayakan kemajuan kota ini kepada mereka.
ALIH LAYANAN
Kejadian ini bermula dari pengambil-alihan pengelolaan layanan air PDAM dari Perumda Tirta Kerta Raharja (TKR) Kabupaten Tangerang ke Perumda Tirta Benteng (TB) pertengahan tahun 2021. Dalam pengalihan ini, produksi airnya tetap dikelola Perumda TKR, sedangkan distribusi berjaringannya dikelola Perumda TB.
Bila sebelumnya pengalihan, kucuran air ke rumah-rumah pelanggan normal-normal saja, kini “mati-hidup” hampir di setiap hari. Padahal, sebagian besar pelanggan PDAM khususnya di perkotaan Kota Tangerang menggantungkan aktifitas keseharian pada air PDAM, disebabkan air tanah yang buruk.
Kondisi itu, masih ditambah dengan petugas pencatat meter yang kekurangan tenaga sehingga sebelumnya terjadi ledakan tarif. Ternyata pula biaya rekening bulanan Perumda TB lebih mahal dari rekening bulanan ditagih Perumda TKR sebelumnya. [cd]