Probenteng.com

Media Online Tangerang dan Sekitarnya

Tutup Buku Dualisme, Gercep Persatukan Kembali PWI di Daerah

Oleh: Chairul Djamal
(Wartawan Tangerang &
Koordinator Kelompok Kreatif ProBENTENG)

SETELAH terpilihnya Akhmad Munir sebagai Ketua PWI Pusat dalam Konferensi Persatuan PWI Pusat di Cikarang – disusul pengesahannya dari Kemenkumham RI – kini saatnya PWI Pusat membenahi eksistensi PWI-PWI di tingkat propinsi dan kabupaten/kota se-Indonesia yang mengalami kepemimpnan dualisme.

Gerak-cepat (Gercep) kebijakan ini memang menjadi harapan para jurnalis yang berada dalam naungan PWI yang selama ini dibuat “susah-susah sedap” dengan keberadaan  dualisme kepemimpinan PWI di banyak daerah.

Sebab yang manapun dari dua kepemimpinan dualisme, pada dasarnya, tetap tak akan membuat para jurnalis yang bernaung di tubuh organisasi wartawan tertua di Indonesia menjadi nyaman berkarya.

Harus diakui keberadaan dualisme kepemimpinan yang diawali di Kepengurusan PWI Pusat yang berseteru lebih setahun lalu memang menjadi sebab-musebabnya. Semakin lama semakin meruncing dan rasanya figur-figur yang ada dalam dualisme diyakini tak bisa lagi menyatukan PWI.

Banyak insan pers menilai  hanya figur lain dari dua figur di dalam dualisme yang bisa membuat perubahan pada persatuan PWI kembali.

Tentunya, terpilihnya Akhmad Munir sebagai Ketua PWI Pusat, figur lain dari dualisme – disusul susunan kepengurusan lainnya, yaitu Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum, dan Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat, menimbulkan rasa percaya kalangan jurnalis akan segera terjadi persatuan kembali PWI.

Meskipun tak bisa dipungkiri masih ada sedikit “rasa kurang puas” dari beberapa jurnalis. Namun “rasa percaya” dari kalangan insan pers lebih mengemuka bahwa kepengurusan PWI Pusat yang baru akan bisa kembali mempersatukan seluruh wartawan yang sebelumnya mengalami masa dualisme.

Sebab itu, gerak-cepat kebijakan Ketua PWI Pusat persatuan dengan mengedepankan keadilan, kebersamaan, dan profesionalisme sangat ditunggu semua insan pers tergabung PWI.

Mumpung rasa percaya dari kalangan wartawan PWI masih sangat kuat, maka langkah gerak-cepat menuntaskan dualisme di propinsi dan kabupaten/kota dengan sikap terbaik akan sangat menguntungkan.

Saatnya untuk melupakan masa lalu yang tak nyaman, masa yang mendua, masa yang serba salah, menuju masa persatuan yang akan membuahkan kesolidan organisasi dan kebersamaan yang lebih baik.

Tak ada gunanya lagi untuk mempersalahkan siapa yang salah, mana yang kurang pas, dan siapa yang memulai ketidaknyamanan organisasi. Biarlah semua itu diserahkan kepada Sang Maha Pengadil saja yang akan bersikap sangat adil.

Kalaupun mau menelisik sampai terjadinya dualisme adalah dengan perspektif mengambil hikmah dan pelajaran berharganya. Yang pada intinya bila ditelisik akan ditemukan kalimat, “di saat duduk di tampuk Kepengurusan PWI sudah seharusnya mengedepankan kepentingan organisasi dan wartawan para anggotanya.”

Salam persatuan, semoga Allah SWT senantiasa menjagai marwah PWI yang terbaik, yang profesional, yang maju dan modern. ***

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *